Rabu, 11 Juni 2014

Racerrr 201m

Gaji Joki drag bike setara manajer







Drag Race Gaji  Joki  Loncat  Drag Bike Setara Manajer
 Incar-mengincar pembalap oleh tim-tim rupanya bukan hanya terjadi di ajang MotoGP. Di gelaran drag bike/skutik, bursa joki balap motor trek lurus ini juga marak. Bedanya, perekrutan joki dilakukan satu-dua minggu menjelang event.



Handphone pun berdering untuk mengkonfirmasi kesanggupan dan dealing joki yang nilainya bisa tembus Rp 5 juta untuk satu kelas. Padahal seorang joki papan atas nyaris tak hanya berlaga di 1 kelas.

Maka tak aneh mereka mampu menggondol rupiah rata-rata 5 sampai 10 juta tiap kali event. Jika sebulan saja bisa ada 2 event, ‘gaji’ bulanan mereka pun setara manajer sebuah bank swasta. Nah, siapa saja mereka? Berikut beberapa joki yang tengah jadi incaran. 

TOLAK KONTRAK

Sebut saja Amir Ceria. Meski sehari-hari mengaku nongkrong di bengkel 35 Workshop di Ciganjur, Jaksel, tetapi di balapan, ia bukan cuma bawa bendera 35 Workshop. Itu kenapa namanya bisa tercantum sebagai drag biker tim lain dalam starting list di kelas berbeda.

Jadi, enggak heran jika selepas finish di satu kelas, ia sudah siap-siap membawa motor dari tim lain di kelas berbeda. “Kalau mau deket event, emang banyak yang nawarin untuk bawa motor,” akunya.

Dalam perekrutan joki ini berlaku sistem kontrak satu tahun atau order per event. Amir sendiri lebih senang bertarung sebagai joki freelance yang join untuk satu event. Selain lebih bebas juga memungkinkan mengumpulkan pundi-pundi rupiah lebih besar. Tarif yang dipatok cukup rasional, yakni Rp 300 ribu per kelas. Sementara hadiah uang yang berhasil diraih dibagi dua dengan tim.

Selain Amir, nama lain yang sudah cukup lama beraksi di drag bike yakni Suhartono. Dijamin, penggiat drag bike Jakarta enggak semua tahu namanya. Tetapi kalau sebut Achonk, panggilan tenarnya, orang-orang di komunitas ini pasti enggak asing lagi.

Kelahiran 1987 ini termasuk ahli dalam ngocok gas matik. Enggak heran, dalam satu gelaran ia bisa tercantum sebagai joki untuk tiga tim sekaligus. Bagusnya kalau order nge-drag datang dari tim-tim dengan kelas berbeda. Tapi dia mengaku repot kalau tawaran datang dari kelas yang sama. “Waduh bingung deh, kadang emang suka bentrok. Kadang ada tiga tim di kelas yang sama nawarin,” tutur Achonk. 

Menurut joki asal Bekasi, Jabar ini, maraknya event  membuat daya tawar joki lebih tinggi daripada tim peminat. Sehingga joki lebih punya kebebasan memilih untuk tim mana akan berlomba. Kalau sudah begitu, joki bisa memilih motor yang dianggapnya paling kencang. “Sedikit banyak tahu motor-motor mana aja yang kencang, kadang balapan pakai motor ini, di lain waktu kita melawan motor yang pernah kita naikin,” aku joki yang pernah mendapat uang start Rp 1,5 juta untuk satu kelas.

Eko Kodok

Amir Ceria

Dani Tilil

Achonk
Meski demikian, lanjutnya, unsur kekeluargaan juga berlaku dalam komunitas drag bike. Ini membuat para joki enggak bisa semena-mena menentukan tarif. Maklum, tiap joki umumnya dibesarkan oleh tim.

Salah satu bintang drag skutik lainnya yakni Dani Tilil. Masih terhitung famili dengan Haji Khairil dari tim SKM, Jakarta, tapi ia biasa melompat ke tim lainnya. “Joki memang bisa loncat-loncat karena enggak ada hubungan. Kecuali kontrak,” terangnya.

Untuk satu kelas, nilai tertinggi yang pernah ia raih Rp 600 ribu. Adapun start money yang biasa diterima Dani sekitar Rp 250 ribu per kelas. Itu belum bonus plus hadiah dari tiap kemenangan. Mungkin enggak begitu heboh dibanding nilai tertinggi yang didapat joki lainnya. Tapi nanti dulu, ia pernah start untuk 11 kelas di 1 event! Gila kan?

Namun laju Amir dan Dani di kelas skutik enggak mudah. Soalnya ada Rahmat Kate yang juga salah satu bintang drag matik. Unjuk gigi di tiga kelas sekaligus; 155, 200 dan FFA 350 cc sudah  lumrah bagi joki berdarah Sumut ini. Untuk timnya, dengan motor bebek dan sport, ia bisa bertarung untuk lima tim sekaligus. “Kalau ada kelas yang belum diikutin joki, biasanya tim cepet-cepet nelpon,” akunya.

Mirip Dani Tilil, nilai tertinggi yang pernah diraihnya mencapai Rp 600 ribu untuk satu kelas. Namun ia enggak melulu bicara uang. Lantaran faktor motor jadi yang utama. “Buat apa bayar mahal kalo motornya enggak enak,” lanjut Rahmat.

Nama lainnya untuk bursa ‘joki loncat’ drag bike ada Ute Cuter. Dari sekian banyak joki, ia salah satu yang tengah menyusup ke jajaran papan atas. Membesut skutik dari tahun lalu, ia kian mantap mencetak waktu tercepat. Menurut joki tim Alyamin ini, ia berhasil mencetak 0,4 detik lebih cepat dari dua joki lainnya dengan motor yang sama.

Ute Cuter
Selanjutnya, dari wilayah berbeda nama Eko Chodox sudah membahana di kejuaraan drag bike Tanah Air. Maklum, prestasi joki asal Semarang, Jateng ini dinilai konstan dari waktu ke waktu. Enggak heran,  sampai 2010 ini masuk tahun ke-5 dikontrak oleh tim Alifka Racing (Yogyakarta). “Dari dulu timnya sama, cuma namanya aja yang ganti-ganti,” aku Kodok, sapaan tenarnya.

Meski demikian, untuk event tertentu ia masih bisa membesut motor untuk tim lain. “Alifka enggak punya matik. Selain itu, masih boleh bawa motor di kelas yang enggak menjadi lawan langsung tim Alifka,” akunya.

Jangan tanya berapa start money untuk Kodok. Lantaran untuk satu kelas ia pernah dibayar Rp 5 juta pada 2009 lalu di Manado. Enggak heran, dari penghasilannya selama di drag bike, sebuah Suzuki Baleno keluaran 2001 sudah berada dalam genggamannya.

Menurut Arya Seta, personel tim Harry Motor, bursa joki drag skutik ini diawali dari omongan antarbos tim. “Tanya kelas apa yang kosong, kalau dapet izin, baru oke,” ujarnya.

Adapun salah satu sebab munculnya ‘joki loncat’ karena umumnya peserta drag skutik adalah tim-tim privateer. Dana merupakan salah satu kendala untuk mengontrak pembalap. Lantas, apakah ada perasaan ditinggal jika joki andalannya memilih tim lain dengan start money menggiurkan? “Ya, pastinya ada perasaan ditinggal. Tapi kalau motor kita kencang, mereka pasti akan balik lagi,” ujar Arif Sigit Wibowo, bos tim Pells asal Solo yang mengaku enggak pernah memberi start money buat joki-joki di timnya. Wah?
Lihat link nya teng mriki

Tidak ada komentar:

Posting Komentar